
RUBLIK DEPOK- Kasus pembunuhan anak laki-laki Alvaro Kiano Nugroho (6) kembali mendapat perhatian publik setelah seorang saksi bernama Reza, warga Jakarta Selatan, mengungkap bahwa ia sebenarnya sudah mengetahui dugaan pembunuhan tersebut sejak September 2025. Reza mengaku sempat menyimpan informasi itu berbulan-bulan karena takut dan tidak memahami secara jelas duduk perkara. Ia baru berani melapor setelah melihat video ibu korban yang masih mencari putranya di media sosial.
Saksi Sudah Mengetahui Sejak September Namun Takut Melaporkan
Reza (46) mengunjungi rumah duka Alvaro di Bintaro, Pesanggrahan, pada Selasa 25 November 2025, bersama istrinya. Kehadiran mereka bertujuan memberikan penjelasan kepada keluarga terkait pelaporan yang menjadi salah satu awal terbukanya kasus tragis tersebut.
Reza mengungkap bahwa sejak September, ia sudah menerima informasi dari anak asisten rumah tangganya, berinisial N. Anak tersebut mendapat cerita dari teman sekolahnya berinisial AA, yang merupakan keponakan pelaku pembunuhan. AA menceritakan bahwa pamannya telah membunuh seorang anak, dan menunjukkan foto Alvaro dari media sosial sebagai korban.
Reza mengakui merasa takut untuk melaporkan informasi itu karena tidak tahu sejauh mana kebenarannya. Ia dan istrinya sempat menyembunyikan cerita tersebut hingga akhirnya menemukan video ibu Alvaro yang masih berusaha mencari anaknya. Rasa kasihan terhadap keluarga korban membuat keduanya yakin bahwa laporan harus segera dibuat.
Laporan Disampaikan ke Polsek Pesanggrahan Dilengkapi Bukti Awal
Setelah mempertimbangkan panjang, Reza dan istrinya akhirnya melaporkan informasi tersebut ke Polsek Pesanggrahan pada Minggu, 16 November 2025. Mereka membawa rekaman percakapan terkait pengakuan N. Reza kemudian membantu menghadirkan N ke kantor polisi untuk memberikan keterangan langsung kepada penyidik.
Keterangan tersebut menjadi pintu masuk penting dalam mendalami kasus tersebut. Penyidik kemudian memeriksa lebih dari 20 saksi, termasuk pihak keluarga, tetangga, hingga orang-orang yang terakhir kali melihat Alvaro.
Penyelidikan intensif ini menyebabkan penentuan Alvaro, ayah tiri Alex Iskandar, sebagai tersangka utama penculikan dan pembunuhan. Polisi memastikan bukti dan keterangan yang terkumpul sudah cukup kuat untuk menjerat pelaku.
Motif Dendam yang Terakumulasi Menjadi Pemicu Pembunuhan
Berdasarkan hasil penyelidikan, terungkap bahwa motif pelaku Alex Iskandar dipicu oleh rasa dendam terhadap istrinya, ibu kandung Alvaro. Alex mencurigai istrinya memiliki hubungan dengan pria lain selama bekerja di luar negeri. Kecurigaan tersebut menimbulkan tekanan mental yang berlarut-larut hingga membuatnya melampiaskan kemarahan secara salah kepada anak tiri yang tidak bersalah.
Penyidik juga mengungkap bahwa pelaku telah merencanakan aksinya beberapa waktu sebelum penculikan terjadi. Ia membawa Alvaro dengan alasan tertentu sebelum akhirnya membunuh anak itu. Serangkaian kejahatan ini terungkap setelah polisi menemukan berbagai bukti pendukung dan membandingkannya dengan keterangan para saksi.
Reaksi Emosional Keluarga dan Dampak Sosial Kasus Ini
Kehadiran Reza di rumah duka memicu reaksi emosional dari keluarga, namun mereka menghargai keberanian saksi dalam melaporkan meskipun terlambat. Keluarga menyebut laporan tersebut sangat membantu mempercepat proses pengungkapan.
Di sisi lain, kasus ini menarik perhatian masyarakat mengenai pentingnya kepekaan terhadap tanda-tanda kekerasan dan perlunya keberanian untuk melaporkan informasi serius terkait keselamatan anak. Banyak pihak menilai bahwa jika laporan dilakukan lebih awal, upaya pencarian bisa berlangsung lebih cepat.
Pemahaman tentang Kepolisian dan Proses Hukum Lanjutan
Polisi menegaskan penyidikan akan terus berlanjut, termasuk mendalami kronologi lengkap tindakan pelaku, kemungkinan keterlibatan pihak lain, serta fakta-fakta baru yang masih mungkin muncul. Pelaku kini ditahan dan dijerat dengan pasal ganda terkait penculikan dan pembunuhan anak.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa keselamatan anak harus menjadi prioritas. Lingkungan sosial, sekolah, dan keluarga diharapkan lebih peka terhadap perubahan perilaku atau tanda-tanda yang mencurigakan pada anak. Penanganan cepat sering kali menjadi kunci penyelamatan.